7 Pesepakbola Terbaik Dunia Sepanjang Masa, Nomor 1 Dijuluki Sebagai 'Black Pearl'


Sepak bola merupakan Olahraga yang paling banyak diminati oleh seluruh manusia dimuka bumi ini. dari sekian banyak pemain sepakbola profesional yang terkenal ada beberapa pesepakbola yang pantas dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik sepanjang masa. adapun 7 Pesepakbola tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pele

Legenda hidup sepakbola dari Brasil yang satu ini sama sekali tidak perlu diragukan lagi popularitasnya. Dijuluki sebagai "Black Pearl", pernah membukukan total gol semasa karir profesionalnya sebanyak 1280 gol.

Memiliki dribble yang gesit, teknik yang hebat, dan insting mencetak gol yang tinggi membuat Pele sebagai sosok yang menakutkan barisan lawan. Salah satu dari sedikit pemain sepakbola yang berhasil membawa Brazil tiga kali juara Piala Dunia (World Cup) dan pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik sepanjang abad oleh IFFHS.

2. Maradona

Di Argentina, sepakbola adalah suatu agama dan Maradona adalah nabinya. Maradona mempunyai tubuh yang pendek yang malah menjadikan salah satu keuntungan baginya. Karena struktur tubuhnya itulah yang membuat Maradona memiliki kaki yang kuat dan low center of gravity.

Gaya bermainnya sangat strategis, bisa memancing beberapa pemain lawan hanya untuk memberikan umpan akurat kepada teammate-nya. Maradona pun mampu menciptakan gol-gol indah. Salah satu moment yang paling diingat adalah ketika tangannya membantu Maradona menciptakan gol ke gawang Inggris dan dikenal dengan "Hand of God." Tidak berhenti sampai di situ, ia pun melewati beberapa pemain Inggris untuk mencatatkan namanya di papan skor.

Sayang di balik kepiawaiannya dalam bermain bola, sejarah hidupnya pun diwarnai sisi gelap pula. Maradona sangat berkaitan dengan obat-obatan terlarang. Pada tahun 1980-2004-an Maradona kecanduan kokain. Kemudian setelah pensiun Maradona menjadi pelatih timnas Argentina meskipun hasil yang diraih kurang maksimal. Dikabarkan Maradona sekarang sedang melatih salah satu klub elit di Timur Tengah.

3. Alfredo Di Stéfano

Pemain yang satu ini adalah pemain paling legendaris dalam sejarah sepakbola dunia. Di Stefano juga adalah pemain legendaris Real Madrid. Ia membela Real Madrid dari 1953–1964. Pemain ini juga memiliki caps di 3 tim nasional yang berbeda. Ia membela timnas Argentina dari tahun 1947-1949, lalu membela timnas Colombia sebagai pemain naturalisasi dari 1949-1957, dan mengakhiri karirnya di timnas Spanyol sebagai pemain naturalisasi dari 1957-1961.

Pemain ini juga disebut-sebut sebagai pemain paling hebat sepanjang masa. pasalnya ia adalah pemain dengan kemampuan yang sempurna. Pemain ini berposisi sebagai Back Tengah, Gelandang Bertahan, Gelandang Serang, Sayap Kanan, Sayap Kiri, hingga Striker. Ia mencetak 216 gol di 262 laga untuk Real Madrid. Pensiun di Real Madrid saat berumur 40 tahun

Pele: “Saya tidak pantas mendapat gelar Raja Sepakbola, ataupun Maradona. Menurut saya, Legenda Argentina lainnya yang pantas, ialah Alfredo Di Stefano”

4. Messi

Jelas sekali kalau membicarakan pemain terbaik, tentu kita tidak bisa lepas dari pemain bernama lengkap Lionel Andrés Messi. "The Messiah" yang merupakan julukan dari Messi, adalah julukan yang pantas bagi pemain terbaik saat ini. Dan itu telah dibuktikan dengan 3 penghargaan sebagai pemain terbaik, yang diberikan oleh FIFA kepadanya. Messi kecil sebenarnya bukanlah pemain yang menonjol, bahkan Messi pun memiliki masalah pada pertumbuhan fisiknya. Setelah didiagnosis oleh dokter, Messi diklaim memiliki kekurangan hormon pertumbuhan.

Tetapi itu tidak menyurutkan kapabilitas Messi sebagai salah satu pemain terbaik dunia. Dengan tubuhnya yang kecil dan berkaki kidal, Messi seringkali dibandingkan dengan seniornya, Maradona. Bahkan mungkin hanya ia yang diakui oleh Maradona sebagai titisannya. Kepiawaiannya dalam mengolah si kulit bundar selalu memporakporandakan barisan pertahanan lawan.

Finishing touch-nya pun merupakan yang terbaik yang pernah ada. Gelar tertinggi di klub pun pernah dirasakan olehnya meski dalam usia muda. Messi pun menorehkan rekor sebagai pemain yang sanggup mencetak total 47 gol dalam semua kompetisi yang diikuti oleh Barcelona dan menyamai rekor dari Ronaldo. Dengan usianya yang muda, Barcelona masih bisa berharap sangat banyak dari pemain jenius ini.

5. Lev Yashin

Lev Ivanovich Yashin adalah kiper sepak bola legendaris yang berkebangsaan Uni Soviet. Lev Yashin yang terkenal karena selalu mengenakan seragam hitam-hitam ketika bermain ini bisa dibilang penjaga gawang terhebat dunia yang pernah ada. Dia bermain 22 musim untuk Dinamo Moskwa, satu-satunya klub yang pernah ia wakili, memenangkan lima kejuaraan liga dan tiga kejuaraan cup.

Dia memberi kontribusi luar biasa dari permainannya dan mengilhami pengaturan standar sepak bola modern untuk kiper. Selain terkenal sabagai atlet yang hebat karena keberaniannya, ia merupakan salah satu kiper pertama yang memegang komando seluruh area penalti dan melakukannya dengan keyakinan tak tertandingi. Dia juga tampil mengesankan pada garis gawang dengan refleks yang menakjubkan dan kelenturan yang membuatnya hampir sempurna. Yang paling menonjol, ia menciptakan sikap umum menangkap bola, menciptakan berbagai cara untuk menghalau bola dari meninju hingga menendangnya jauh dari kotak penalti saat diperlukan. Yashin adalah penjaga gawang pilihan pertama bagi Uni Soviet di era 1954-1967.

Dalam kariernya ia memenangkan 78 piala dan bermain di tiga Piala Dunia (World Cup) 1958, 1962, dan 1966. Pada tahun 1956 ia adalah anggota tim nasional Uni Soviet yang memenangkan olimpiade di Melbourne dan empat tahun kemudian ia memenangkan kejuaraan Eropa. Salah satu momen paling membanggakan dalam kariernya adalah ketika ia memenangkan penghargaan European Player of the Year pada tahun 1963. Dia masih tetap menjadi kiper hanya untuk memenangkan hadiah itu. Ia juga dikabarkan telah menggagalkan lebih dari 150 tendangan penalti dalam karier yang panjang. Pada tahun 1986 cedera lutut kaki kanannya yang semakin parah membuat dokter terpaksa mengamputasi kakinya dan empat tahun kemudian ia meninggal setelah mengalami komplikasi dalam pembedahan.

6. Ronaldinho

Ronaldo de Assis Moreira atau yang dikenal dengan nama Ronaldinho adalah salah satu legenda hidup dunia yang masih bermain hingga kini. Pemain yang pernah dijuluki sebagai "the magicman" oleh salah satu komentator pertandingan sepakbola ini, memang pemain terlengkap yang pernah ada. Ronalidhinho bisa melakukan kontrol, dribble, passing, finishing, dan free kick dengan sama baiknya. Gaya permainannya yang suka mempertontonkan "freestyle soccer" selalu mengundang decak kagum.

Seringkali pemain lawan dilewati dengan menggunakan trik-trik yang fantastik. Bahkan pernah suatu kali, penonton dari seteru abadi timnya, Real Madrid, melakukan standing ovation kepada pemain satu ini, karena berhasil melewati beberapa pemain sekaligus hingga mencetak gol akhirnya. Bukan sesuatu yang sering dilakukan oleh penonton Real Madrid tentunya. Ronaldinho pun menjadi sosok yang paling penting bagi Barcelona pada periode 2003-2006, dan menjadikan klub tersebut juara Liga Champion. Memang karirnya di timnas Brasil tidak segemilang di klubnya. Prestasi pribadi pun diraihnya ketika dinobatkan dua kali sebagai pemain terbaik oleh FIFA pada tahun 2004 dan 2005.

7. Van Basten

Marcell Marco Van Basten adalah pemain sepakbola legendaris berkebangsaan Belanda. Ia pernah melatih tim nasional sepakbola Belanda dan Ajax Amsterdam. Sebelumnya, semasa masih menjadi pemain ia bermain untuk tim Ajax Amsterdam dan AC Milan di tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. Ia dikenal sebagai salah satu penyerang depan yang andal di sepanjang sejarah dan mencetak sebanyak 276 gol dalam kariernya. Dikenal atas kekuatannya dalam penguasaan bola, kemampuan taktis, serta tendangan keras dan volinya yang spektakuler.

Van Basten meraih penghargaan Pemain Sepakbola Terbaik Eropa sebanyak tiga kali (tahun 1988, 1989, dan 1992) juga Pemain Terbaik Dunia FIFA di tahun 1992. Kariernya sangat singkat, pada umur 29 tahun, ia sudah pensiun karena cederanya yang parah dan kambuhan. Bahkan pada penghormatan terakhirnya di San Siro, membuat pelatih Milan saat itu, Fabio Capello menangis.