Bersikap Kampungan, Punggawa Persija Ini Sebaiknya Jangan Bermain di Liga Indonesia!


Ambisi Persija Jakarta untuk bisa berjaya di ajang Piala AFC 2018 harus sirna setelah mereka haris menerma kenyataan tersingkir dalam leg kedua semifinal Piala AFC Zona Asean, di Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (15/05/2018).

Bermain dihadapan puluhan ribu Jakmania yang memadati tribun Stadion GBK, Persija justru menyerah 1-3 dari Home United. Klub berjuluk Macan Kemayoran itu pn tersingkir dengan agregat 6-3.

Dilansir dari bolalob.com(15/05/2018), kemenangan tim tamu ditentukan oleh gol Shahril Ishak (6, 12) dan Ui-Young Song (45). Adapun gol semata wayang Persija dicetak oleh Marko Simic pada menit kesembilan dari titik penalty.

Pertandingan itu sendiri menyajikan banyak drama, mulai dari dua hadiah penalti hingga dua kartu merah yang harus diterima oleh tuan rumah Persija.

Mirisnya, pada laga Persija vs Home United ini, dua punggawa Persija menunjukan sikap yang terkesan sangat kampungan.

Pertama, dilakukan oleh Rezaldi Hehanusa. Bek kiri kesayangan Jakmania sekaligus andalan utama Timnas Indonesia ini melakukan tindakan tidak terpuji saat Home United mendapatkan tendangan bebas. Bule [sapaan akrab Rezaldi] tertangkap kamera menjempit leher pemain Home United, Sharil Ishak di kotak penalti Persija.

Alhasil, wasit asal Arab Saudi yang memimpin pertandingan yakni Turki Ahmed Al- khudayr langsung menunjuk titik putih. Ishak yang maju sebagai algojo pun sukses membobol gawang Persija yang dikawal Rizky Darmawan.

Kedua, sikap kampungan ditunjukan oleh kiper cadangan Persija, yaitu Daryono. Kiper yang kebobolan dua gol oleh Madura United di ajang Liga 1 itu tampak melakukan protes keras terhadap wasit menjelang akhir-akhir babak pertama. Tak ayal, ia pun langsung dihadiahi kartu merah oleh wasit Turki Ahmed Al-khudayr.

Melihat sikap kampungan yang ditunjukan oleh punggawa Persija itu, penulis sendiri berpesan agar keduanya tidak bermain di Liga Indonesia. Melainkan bermain di luar negeri saja agar tahu bagaimana displinnya serta ketatnya peratur di liga luar sehingga sadar mereka tak lagi melakukan tindakan-tindakan yang pada akhirnya hanya merugikan klub yang dibelanya saja.

Lantas, bagaimana menurut para pembaca sekalian?